Rabu, 21 November 2012

 
Tim  Dalam Pembuatan Website

Dalam pembuatan website ada banyak fungsi yang berperan, tergantung kompleksitas website yang akan dibuat. Fungsi ini yang diartikan sebagai pelaku yang terlibat. Setidaknya dalam proses pembuatan website yang terlibat ada 3 fungsi; desainer, programmer dan yang bertanggung jawab urusan isi (content).
Desainer berbeda dengan programmer. Desainer berada di area estetis, upaya menyentuh perasaan tentang keindahan. Programmer berada di wilayah teknis matematis. Designer bekerja dengan imaginasi, programmer dengan logika.

Dalam sebuah kerja tim, desainer bertugas menangkap preferensi persepsi pengunjung agar bisa dengan mudah tertarik (user experience) dan gampang memahami isi  pesan webite (navigasi). Programmer bertanggung jawab mewujudkan imaginasi desainer dengan fungsi dan bahasa yang dimengerti oleh sistem jejaring internet; HTML, PHP, SQL, Java, Ajax, Delphi, Oracle, Ruby dan lain-lain.

Analoginya seperti membangun gedung, perlu ada arsitek yang berimaginasi tentang gedung yang artistik, fungsional, bikin betah penghuninya atau bahkan bikin kagum orang. Lalu ada insinyur sipil yang berperan mewujudkan imaginasi ini melalui pendekatan ilmiah dan matematis.

Penanggung jawab isi berperan pada materi yang akan dimuat oleh website, menyiapkan struktur isi website, isi menu tiap menu, narasi, copy writing dan lain-lain. Kadang 3 peran ini sering perlu ada 1 orang koordinator yang mampu menjembatani 3 fungsi tadi. Biasanya ini dipegang oleh seorang manajer proyek, dia mengawal dari perumusan konsep kreatif website yang mampu menjawab kebutuhan pemilik website sampai website siap tersaji.

Kadang website masih perlu keterlibatan pihak lain. Misalnya dalam ranah visual bisa perlu ada fotografer, ilustrator dan lainnya. Programmer pun bisa perlu bantuan programmer lain; misal programmer data base bila data yang dikelola begitu masif. Atau tester bila situs tersebut perlu menseriusi masalah keamanan website agar tidak mudah diretas orang. Atas nama ‘semua bisa disederhanakan’. Kerancuan programmer dan desainer pun juga terjadi dalam analogi bikin gedung atau rumah. Ada yang menyederhanakan arsitek juga bisa diserahin tugas hingga tahap pembangunan. Atau ahli sipil pun bisa diminta membuat desain arsitekturnya.

Tidak salah memang. Dalam keilmuan mereka pasti ada potongan area yang sama. Arsitek pun pasti belajar mengenai dasar-dasar ketekniksipilan, meski cuma mendasar. Secara etika profesional pun memungkinkan arsitek menangani tahapan pembangunan pada gedung dengan batasan hingga 3 lantai. Lebih itu harus pakai ahli sipil, setidaknya ini perkara keamanan gedung.

Ahli sipil pun pasti juga bisa ‘dipaksa’ membuat desain arsitektur bangunan maupun rumah. Apalagi kalau yang pesan tidak terlalu memikirkan orisionalitas. Banyak desain yang bisa ditiru. Atau sekedar bangunan ala kadarnya yang tak memusingkan estetika.

Kondisi yang sama, programmer pun pasti bisa bikin website tanpa bantu desainer web. Programmer pasti tidak kesulitan menangani aplikasi desain yang sering dipakai buat desain web semacam fireworks, photoshop, in-design atau malah coreldraw. Tapi jangan berharap solusi kreatif atau orisionalitas atas user experience dan navigasi. Toh sekarang juga banyak website yang menyediakan templete atau contoh desain yang bisa dipakai sebagai referensi.Pun designer bisa bikin website tanpa programmer. Kini ada banyak blog engine yang bisa menyederhanakan tahapan koding dan desain. Fenomena ini begitu banyak kita lihat, programmer dan desainer menjual jasa mereka secara mandiri tanpa keterlibatan yang lain.

Seperti ahli sipil dan arsitek, programmer dan designer web pun punya irisan area. Designer yang baik pasti dia akan mengikuti perkembangan teknologi proggraming web. Ia perlu tahu imaginasi yang bisa diwujudkan dengan HTML5 ataupun CSS3. Ia juga paham konsep tableless ataupun responsive web yang kini sedang marak. Cuma pastinya pemahaman ini tak menuntut dia paham detil hingga pada aspek teknis.

Lalu bagaimana urusan isi web? Ini juga bisa disederhanakan lagi. Boleh lah ada ahli yang bilang bikin website itu content matter, isi adalah panglima. Hanya, banyak orang yang tidak memusingkan masalah ini. Website kafe, hotel atau studio foto sudah ada pakemnya harus diisi apa, tidak usahlah berpikir sesuatu yang baru di situ. Tidak usah berpikir karakteristik tiap entitas bisnis dan konsep komunikasi pemasaran yang lebih komunikatif.

Tidak ada yang salah dengan kondisi ini, selain sekedar banyak yang sudah tidak lagi membedakan fungsi dasar mengapa ada istilah ‘programmer’ dan ‘designer’. Toh kebutuhan pasar memang masih banyak yang membutuhkan kesederhanaan ini. Mereka perlu punya website hanya untuk memastikan lembaga mereka tersedia di internet. Seperti mereka punya kartu nama, selain logonya tanpa elemen yang beda dengan kartu nama-kartu nama lainnya.

Entitas yang merasa perlu websitenya ditangani dengan pendekatan yang benar lazimnya memang sudah sadar bahwa mereka perlu berinvestasi membangun mereknya (branding). Mereka merasa perlu ada pembeda (distinctive) dalam setiap identitas yang dibuatnya (corporate identity) untuk bisa terlihat di antara sekian banyak pesaing. Mereka yang sudah sadar membabangun ikatan emosi merek dengan pelanggan. Mereka sudah berpikir mengenai modifikasi persepsi untuk membangun citra positif yang akan berdampak pada reputasi.




Sumber:  http://belajarwebdesign.com/webdesign/proggramer-vs-designer/

Selasa, 20 November 2012

Gangguan kesehatan mental sering diungkapkan dengan sejumlah istilah seperti stres, depresi atau kegelisahan. Meskipun masalah kesehatan mental sangat umum dan mempengaruhi orang banyak, stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan masalah kesehatan mental masih sangat kental.

Ada beberapa gejala kesehatan mental yang perlu Anda ketahui dan tidak boleh diabaikan. Pasalnya, apabila hal ini Anda biarkan, penanganannya mungkin akan menjadi lebih berat. Berikut adalah enam gejala terkait masalah kesehatan mental yang tidak boleh Anda diabaikan.

1. Terlalu banyak tidur

Tidur sangat penting untuk mengatur emosi jiwa seseorang. Tapi jika seseorang tidur terlalu lama, hal ini justru dapat menjadi gejala depresi dan masalah medis lainnya. Jika Anda tidur lebih dari 8 jam sepanjang malam namun tidak merasa seperti telah beristirahat, segera konsultasikan kondisi ini dengan dokter Anda.

2. Tidak cukup tidur

Susah tidur atau merasa seperti belum beristirahat ketika Anda terbangun juga merupakan gejala umum dari masalah depresi dan kecemasan. Kurang tidur dapat berkaitan dengan masalah gangguan tidur yang biasa disebut sleep apnea dan ketidakseimbangan hormon. Jangan menunda untuk berbicara dengan seorang profesional medis jika Anda tidak memiliki waktu untuk tidur.

3. Jantung berdegup kencang

Segera bicarakan dengan dokter atau tenaga medis bila Anda merasa seolah-olah mengalami serangan jantung. Detak jantung yang tidak beraturan juga bisa menjadi awal terjadinya serangan panik. Serangan panik atau panic attack adalah perasaan teror yang datang menyerang secara tiba-tiba tanpa peringatan. Suatu serangan panik secara khas berlangsung beberapa menit dan merupakan suatu kondisi penuh tekanan yang dapat dialami oleh seseorang.

4. Perut nyeri

Sakit perut dapat menjadi gejala dari stres atau kecemasan. Jangan abaikan sakit perut yang berlangsung lama. Banyak kasus menunjukkan bahwa pasien yang mengalami kecemasan kronis umumnya diikuti dengan ganguan masalah pada perut. Ketika seseorang mengatasi gejala kecemasannya, masalah sakit perut biasanya juga berangsur membaik atau hilang sepenuhnya.

5. Sakit kepala

Sering stres dan tegang dapat memicu sakit kepala. Jika Anda mengalami sakit kepala namun di sisi lain sedang berurusan mengalami stres berat atau kecemasan, segera cari bantuan dari orang yang profesional. Mempelajari beberapa teknik dalam mengatasi stres secara signifikan dapat meringankan gejala sakit kepala.

6. Perubahan suasana hati (mood)

Perubahan mood yang terjadi sangat cepat adalah gejala dari masalah kesehatan mental yang perlu ditangani. Perubahan suasana hati yang sangat ekstrem, dari sangat gembira menjadi depresi dan terus berulang, bisa jadi awal dari perkembangan gangguan bipolar. Meskipun bipolar termasuk gangguan kejiwaan yang bersifat kronik, serius dan sering berpotensi fatal, gangguan ini dapat dikendalikan.

Sumber:   http://health.kompas.com/read/2012/05/04/09020279/Jangan.Abaikan.6.Gejala.Gangguan.Mental.In
Kepribadian seseorang terbukti bisa mempengaruhi status kesehatannya secara umum. Orang-orang dengan kepribadian neurotik atau tampak memelas karena selalu merasa paling menderita biasanya malah jarang sakit, setidaknya secara fisik.

Secara mental, kepribadian neurotik tentu tidak terlalu sehat. Bagaimana mau sehat, orang-orang seperti ini selalu merasa cemas, khawatir, mood atau suasana hatinya tidak stabil dan yang jelas selalu merasa dirinya paling menderita di seluruh dunia.

Penelitian terbaru di University of Rochester membuktikan bahwa kepribadian seperti ini kadang justru menguntungkan secara fisik. Penelitian yang dipimpin Dr Nicholas Turiano ini membuktikan, orang-orang neurotik justru lebih jarang sakit.

Dari 1.000 orang dewasa yang diamati dalam penelitian tersebut, 441 orang diketahui memiliki skor neurotik yang tinggi yang berarti sifatnya makin memelas. Makin tinggi skornya, ternyata salah satu proteinnya yakni interleukin-6 teramati lebih rendah.

Secara teori, interleukin-6 atau sering disingkat IL-6 sering dikaitkan dengan risiko inflamasi atau peradangan di berbagai organ tubuh. Dalam kaitannya dengan penyakit, IL-6 bisa menjadi pencetus gangguan serius seperti sakit jantung, stroke, rematik, asma, diabetes dan bahkan kanker.

"Spekulasi kami, orang dengan neurotisme yang sehat mungkin terlalu perhatian pada kesehatan dan gaya hidupnya sehingga cenderung cepat-cepat berobat setiap ada masalah pada kesehatannya," jelas Dr Turiano seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (20/11/2012).

Istilah neurotisme sehat itu sendiri muncul tahun 2000, untuk membedakan dengan jenis neurotisme yang tidak sehat. Perbedaannya terletak pada perilaku, misalnya neurotisme yang tidak sehat biasanya makin memelas karena melampiaskan kecemasannya dengan makan berlebihan, merokok dan minum minuman keras.

Sumber: http://health.detik.com/read/2012/11/20/145843/2095843/763/orang-yang-memelas-biasanya-malah-jarang-sakit

Schizophrenia kerap diartikan sebagai penyakit mental yang menyerang otak manusia. Apa sebenarnya schizophrenia itu? Apa sebab dan bagaimana penanganannya?

Schizophrenia adalah penyakit otak kronik, berbahaya dan ketidakmampuan otak dalam bekerja dengan baik. Pada pria biasanya terjadi saat remaja akhir atau awal umur 20-an tahun, sedangkan pada wanita terjadi saat umur 20-an tahun sampai awal 30-an tahun.

Penderita schizophrenia biasanya mengalami gejala seperti mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain, atau percaya bahwa orang lain bisa membaca pikiran mereka, mengontrol pikiran mereka, dan bahkan lebih berbahaya daripada itu.

Gejala-gejala tersebut dapat menjadikan mereka takut dan pendiam. Bicara dan tingkah laku mereka bisa jadi kacau bahwa mereka tidak dapat dimengerti atau menakutkan bagi orang lain.

Tanda awal penderita schizophrenia adalah sering bingung, kaget dan kelakuan yang berubah. Kondisi kejiwaan yang umum terjadi pada penderita schizophrenia adalah pelemahan mental yang ditandai dengan halusinasi, adanya gangguan pada panca indera, khayalan, tidak bia memisahkan antara yang nyata dan pengalaman yang tidak nyata (unreal).

Gejala yang kurang jelas seperti penarikan diri dari sosial, kelakuan yang tidak biasa dalam berbicara, berpikir, ataupun kelakuan sehari-hari, yang mungkin mendahului atau terlihat bersamaan dengan gangguan kejiwaan lainnya.

Tidak ada yang tahu penyebab tunggal schizophrenia, peneliti belum memahami secara pasti faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya schizophrenia. Tetapi pada penelitian biologimedical modern kemungkinan disebabkan oleh gen, kelainan saat perkembangan otak, dan hal-hal lain yang dapat menyebabkan penyakit tersebut.

Setiap orang harus menghindari paparan yang dapat memicu seperti kekurangan gizi, infeksi, atau stress selama periode kritis perkembangan otak.

Orang yang memiliki hubungan dekat dengan penderita schizophrenia mempunyai kesempatan lebih besar untuk menderita schizophrenia. Sebagai contoh anak yang orang tuanya menderita schizophrenia memiliki peluang terkena schizophrenia 10%, dan jika dalam lingkungan yang umum, setiap anak memiliki peluang terkena schizophrenia hanya 1%.

Jika dihubungkan dengan zat kimia di otak, penyebab schizophrenia kemungkinan melibatkan neurotransmitter dopamine dan glutamat.

Obat antiphyhotic dapat mengurangi risiko dimasa depan, namun pengobatannya harus hingga tuntas, karena jika tidak dilanjutkan kemungkinan akan kambuh kembali dengan tingkat yang lebih tinggi.

Selama fase-fase awal kemungkinan pasien akan mengalami efek samping seperti kantuk, gelisah, gemetar, mulut kering dan penglihatan kabur. Selain menggunakan obat-obatan, pengobatan yang lain juga perlu seperti pengobatan psikologis, yang meliputi rehabilitasi, individual psikoterapi, dukungan keluarga, dan self-help groups.

Pastikan bahwa orang yang menderita schizoprenia tetap mendapatkan perawatan, meskipun telah keluar dari rumah sakit. Tanpa perawatan, pasien bisa menjadi lebih kacau dan bahkan bisa gila.

Sumber:  http://health.detik.com/read/2009/07/19/121056/1167911/763/schizophrenia-bergumul-dalam-halusinasi

Jumat, 09 November 2012

PARANOID

Deskripsi
Paranoid adalah kondisi yang ditandai oleh ketidakpercayaan dan kecurigaan yang berlebihan dari orang lain. Gangguan ini hanya didiagnosis ketika perilaku ini sangat kuat. Seseorang yang mengalami gangguan ini umumnya sulit diajak bergaul dan sering mengalami masalah dengan pertemanan karena kecurigaan yang berlebihan. Sifat agresif dan curiga yang dialami penderita seringkali menimbulkan reaksi pada orang lai. Seseorang dengan gangguan ini membutuhan pengendalian atas orang-orang di sekitar mereka. Mereka sering kaku, kritis terhadap orang lain, dan tidak mampu bekerja sama, dan kesulitan menerima kritik.

Gejala
Penderita terkadang tidak realistis fantasi berlebihan, sering terbiasa dengan isu-isu kekuasaan dan pangkat, dan cenderung menstereotipkan negatif orang lain, terutama yang dari kelompok populasi berbeda dari mereka sendiri. Bagi orang lain, sikap si penderita dianggap fanatik.


Gejala umum antara lain:
1. Meyakini bahwa orang lain memiliki motivasi tersembunyi
2. Kesulitan untuk bekerjasama dengan orang lain
3. Citra diri yang kurang
4. Terisolasi atau mengisolasikan diri dari kehidupan sosial
5. Mengembangkan sikap permusuhan

Perawatan
Pengobatan paranoia sangat sulit. Metode utama pengobatan antara lain:

1. Metode psikoanalitik
Dibandingkan dengan penyakit mental lainnya, pada gangguan ini metode tersebut kemungkinan sulit diterapkan karena pasien tidak mau bekerja sama dengan dokter.
2. Suntikan Insulin
Beberapa pasien juga merespon pengobatan ini, tetapi tidak semua pasien bisa menerima pengobatan ini karena perasaan curiga yang dimilikinya.
Sumber: mentalhealth, medlineplus, dan depression guide.

Rabu, 07 November 2012

Masalah gangguan kesehatan jiwa di Indonesia  belum banyak mendapat  perhatian. Jangankan oleh masyarakat awam, bahkan dari sisi tenaga kesehatan dan pemerintah pun belum. Hal ini  bisa dilihat dari minimnya akses layanan dan sumber daya kesehatan bagi penderita gangguan kejiwaan.
 
Dari sekitar 16 ribu puskesmas di seluruh Indonesia misalnya hanya sekitar 2 ribu puskesmas yang telah siap memberikan pelayanan kesehatan kejiwaan.  Tenaga kesehatan pun banyak yang belum tanggap pada situasi gangguan kejiwaan dari seorang pasien yang datang dengan keluhan-keluhan yang mirip gejala sakit fisik biasa. Padahal informasi dari Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan, pada 2011 lalu saja ada sekitar  17,4 juta jiwa penduduk dewasa di Indonesia yang menderita gangguan kejiwaan dan angka ini ditengarai terus meningkat dari tahun ke tahun.
 
“Beban pekerjaan, beban kesulitan ekonomi, persoalan di sekolah atau di tengah pergaulan bisa memicu stres dan bahkan depresi yang berujung pada terjadinya gangguan kejiwaan, dan ini sesungguhnya harus dideteksi dan ditanggulangi sejak dini.
 
Sebab, gangguan kesehatan jiwa pada masyarakat bisa berimbas pada penurunan kualitas hidup masyarakat di masa datang. “Orang yang penuh tekanan, kecemasan,  bisa muncul menjadi pribadi yang agresif, sulit bersosial, mudah curiga dll. Lama-lama bisa terkikislah karakter masyarakat Indonesia yang dulu dikenal santun, ramah dan relijius itu.”
 
Sayangnya masyarakat sendiri masih asing dengan istilah gangguan kejiwaan. Umumnya masyarakat memahami gangguan kejiwaan dengan kondisi “gila” yang sebenarnya merupakan gangguan kesehatan jiwa kelas berat. Padahal, gangguan kejiwaan itu sangat luas cakupannya,  meliputi sekumpulan gejala  psikologis dan perilaku membuat seseorang mengalami penderitaan dan mengalami penurunan fungsi sehari-hari seperti fungsi bersosialisasi, belajar, bekerja, merawat diri dan lain-lain. Mulai dari kecemasan, stres, depresi, panik lantas  schizoprenia hingga tindakan bunuh diri.
 
Karena itu harusnya, pihak  pemerintah lebih memperhatikan masalah gangguan kejiwaan ini dengan menyediakan sarana, akses dan ketersediaan tenaga kesehatan bagi pelayanan gangguan kesehatan lebih banyak dan merata di seluruh wilayah Indonesia, termasuk dengan secara bertahap dilatih untuk sigap mendeteksi dan melayani pasien yang datang dengan gangguan kejiwaan. 
 
“Bisa saja gejala yang nampak atau dilaporkan itu seperti sakit kepala atau pusing biasa atau gangguan pencernaan, sulit tidur, sulit berkonsentrasi, lelah, lesu, tetapi  tenaga kesehatan yang terlatih bisa mendeteksi dan menggali kumungkinan adanya gangguan kejiwaan pada pasien sehingga bisa diatasi sejak dini.”
 
Kita berharap pendeteksian gangguan kejiwaan sejak dini ini bisa secara siginifikan mengurangi masalah-masalah sosial yang kini banyak terjadi di tengah masyarakat.
 
“Anak-anak yang suka tawuran, masyarakat yang mudah tersulut emosinya untuk bertindak anarkis, orang-orang yang gampang tersinggung, saling curiga, malas bergaul, atau  remaja yang labil hingga gampang terpengaruh bujukan orang seperti dari kenalan di facebook, insyaAllah bisa diatasi dan diminimalisir salah satunya dengan upaya agar stres, kecemasan atau masalah yang membebani diri mereka bisa dideteksi dan diatasi sejak dini".
 
Sumber:    http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/artikel/detailartikel/48